Mojowono adalah wilayah yang masuk dalam kecamatan: Kemlagi , Kabupaten: Mojokerto
Jawatimur - indonesia
MOJOWONO
Berasal dari kata,
Mojo : buah mojo
Wono: alas / hutan
SEGAWE
Berasal dari kata segawon, yang artinya ratu asuh / ratu anjing, dimana di mojowono itu ada sebuah wilayah yang dihuni oleh ratusan bahkan sampai ribuan anjing. Dan tak satupun orang berani memasuki wilayah tersebut.
Hingga kabar ini terdengar oleh keluarga mojopahit. Dan diutusnyalah seorang panglima yg sangat terkenal piawai menakhlukkan binatang.
Hingga akhirnya panglima Mojopahit tersebut mendiami wilayah tersebut dan menahlukkan semua kawanan anjing tersebut. Maka disebutlah wilayah tersebut segawon yang artinya ratu asuh /ratu anjing. Dengan pengertian wilayah yang didiami oleh penakhluk anjing.
Selain mencintai anjing-anjing tersebut panglima tersebut mendapat tugas untuk menjaga dan merawat serta melatih Anjing-anjing tersebut untuk di serahkan ke kerajaan sebagai pelacak dikala berburu atau berperang.
Seiring berjalannya waktu serta pergeseran budaya Nama segawon berganti menjadi segawe karena nama segawon terlalu kurang enak didengar atau saru. Nama segawe dipilih karena nama tersebut tidak terlalu jauh dari kata segawon meskipun berubah secara pengartian. Segawe sendiri berarti seneng mergawe. Dimana segawe ini adalah pusat pemerintahan MOJOWONO. Tempatnya orang mergawe.
WONOREJO / NOREJO
Wono: hutan
Rejo : ramai
Dimana wonorejo ini adalah kawasan Mojowono yang paling ramai dihuni orang penduduk. Wilayah ini lebih banyak didiami oleh warga buasa atau rakyat jelata pada saat itu.
TRUNENG
Tru : ratu disatru
Neng : -mbak/kakak perempuan
- duk neng (bunyi alat musik dari perkakas dapur seperti wajan , tampah, panci, dll. Dan kalau dipukul bunyinya duk neng duk neng duk nek. Musik ini dibunyikan saat ada warga yg hilang diculik hantu/mahluk halus)
Dulunya truneng ini tempat para empuh yang membuat senjata kerajaan (pandai besi). Dan senjata pada saat itu tidak hanya sekedar tajam tapi juga sakti. Sehingga setelah senjata itu dibuat maka diisihlah oleh kekuatan gaib dengan cara semedi atau bertapa. Maka itulah dulunya wilayah truneng adalah wilayah mistis dan angker.
Sehingga pada suatu kala ada seorang ratu mojopahit yang ikut rombongan berburu dan tiba-tiba saja menghilang dikawasan hutan/alas kemlagi. Yang ternyata disatru oleh mahluk gaib.
Atas usulan sesepuh maka dilakukannya pencarian dengan cara membunyikan alat² dapur. Duk Neng Duk neng begitulah bunyinya. Mungkin di jaman sekarang itu adalah hal yg mustahil dan mengada-ada serta gak logis, gak masuk akal. Tapi begitulah kehidupan jaman dulu, Masyarakat berdampingan dengan makhluk gaib. Banyak warga yg hilang diculik oleh makhluk halus. Secara nalar para makhluk halus tersebut menampakkan diri dengan berbagai wujud(genderuwoh,kuntilanak,dll). Dengan tujuan menjukkan keberadaan merega agar mamusia tidak mengganggu keberadaan mereka. Mengingat wilayah mereka banyak diusik dan ditempati sebagai perkampungan perkampungan manusia. Sehingga makhluk halus ini merasa terusik.
Ratu tersebut akhirnya ditemukan dibumi truneng di sebuah pohon yg sekarang masih dianggap pohon keramat. (Sekarang disebut punden). Maka saat itulah wilayah tersebut dinamai Truneng yang artinya Ratu yang disatru oleh Hantu/mahkluk gaib yg ditemukan dengan cara menabuh musik duk neng duk neng.
Namun ketika sudah diketemukan ratu tersebut tidak kembali ke kerajaan mojopahit tapi lebih memilih mendiami wilayah tersebut. Ratu tersebut kemudian menikah dengan salah satu empuh sakti di wilayah tersebut. Sehingga akhirnya wilayah tersebut menjadi terhubung dengan kerjaan Mojopahit, karena saat itu truneng adalah salah satu penyuplai senjata untuk kerjaan.
Truneng sendiri saat ini terdiri dari dua wilayah yakni truneng wetan dan truneng kulon. Dimana wilayah ini adalah wilayah yang didiami oleh keturunan keluarga kerajaan Mojopahit. Hal ini dibuktikan dengan banyak nya penemuan barang² kuno peninggalan mojopahit, seperti perhiasan, bokor, lumpang alu, bata besar khas mojopahit. Namun peninggalan tersebut musna begitu saja karena minimnya pengetahuan warga. Sehingga pada saat itu ketika menemukan barang² tersebut tidak dilaporkan ke balai penyelamatan mojopahit namun dimanfaatkan sendiri atau di kembalikan ke tempatnya.
Crita ini di sadur dan dikembangkan dari beberapa nara sumber. Entah asli atau hanya Dongeng sing penting tak tulis. Crita ini berlaku sampai crita asli ditemukan.hehehe
1 comments:
Post a Comment